Masih jelas dalam ingatan kita pada kejadian pasca pertandingan kompetisi Liga Indonesia Divisi Utama antara Persis Solo melawan Gresik United di Stadion Maladi, Solo, 12 Februari lalu, dimana sejumlah pemain terlibat baku pukul yang mengakibatkan situasi kacau balau. Menurut berita dari berbagai media masa, kerusuhan tersebut dipicu oleh pemukulan yang dilakukan Bernard Mamadou (Gresik United) terhadap Nova Zaenal (Persis Solo). Buntut kerusuhan tersebut, Kapolda Jawa Tengah Irjen (Pol) Alex Bambang Riatmodjo langsung memerintahkan aparatnya untuk menahan Nova dan Mamadou.
Hari-hari berikutnya, berita penangkapan pemain bola di lapangan tersebut telah menjadi polemik yang berkepanjangan. Polisi maupun PSSI sama-sama mempunyai argumen sendiri-sendiri. Menurut polisi, tidak ada ruang steril bagi siapapun yang melakukan kekacauan, termasuk pemain sepak bola sekalipun. Sedangkan menurut PSSI, langkah yang diambil polisi tersebut telah melanggar ketentuan dunia internasional, karena berdasarkan regulasi terbaru FIFA, setiap permasalahan yang terjadi di lapangan sepakbola tidak dapat diselesaikan oleh kepolisian, meskipun itu berbentuk perkelahian.
Dalam tulisan ini, saya tidak akan membahas mana yang lebih benar diantara pendapat pihak kepolisian atau pihak PSSI tersebut di atas. Sebab ahli hukum pun juga masih berbeda pendapat atas kejadian tersebut, apalagi saya yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan di bidang hukum.
Saya hanya ingin menyampaikan : Alangkah mulianya jika kedua belah pihak (polisi dan PSSI) bersedia untuk duduk semeja, bermusyawarah, guna mengambil suatu kesepakatan yang sifatnya win-win solusi. Kedua belah pihak hendaknya tidak mengedepankan ego-nya masing-masing. Jangan menganggap hanya pihaknyalah yang paling benar, sehingga menganggap sebelah mata pihak yang lain.
Saya yakin kedua belah pihak sebenarnya mempunyai niat mulia untuk kemajuan dunia persepakbolaan di Indonesia. Polisi menginginkan agar tidak ada lagi secuil kerusuhanpun di laga sepak bola tanah air. Begitu juga sebaliknya, PSSI tidak ingin tindakan penangkapan terhadap pemain sepak bola oleh polisi ini akan menjadi catatan buruk dari FIFA terhadap persepakbolaan Indonesia. Kalau sama-sama berniat baik, mengapa tidak dicoba untuk ditempuh dengan jalan yang baik-baik pula. Yang telah lalu biarlah berlalu. Yang lebih penting untuk dilakukan adalah agar segera dibuat kesepakatan bersama antara pihak kepolisian dan PSSI tentang langkah-langkah pengamanan yang sebaiknya dilakukan dalam pertandingan berikutnya. Kalau kedua belah pihak benar-benar berniat memajukan dunia persebak bolaan Indonesia, saya yakin mereka bisa bekerja sama dengan baik. Kita tunggu saja.......
Baca selengkapnya......
Hari-hari berikutnya, berita penangkapan pemain bola di lapangan tersebut telah menjadi polemik yang berkepanjangan. Polisi maupun PSSI sama-sama mempunyai argumen sendiri-sendiri. Menurut polisi, tidak ada ruang steril bagi siapapun yang melakukan kekacauan, termasuk pemain sepak bola sekalipun. Sedangkan menurut PSSI, langkah yang diambil polisi tersebut telah melanggar ketentuan dunia internasional, karena berdasarkan regulasi terbaru FIFA, setiap permasalahan yang terjadi di lapangan sepakbola tidak dapat diselesaikan oleh kepolisian, meskipun itu berbentuk perkelahian.
Dalam tulisan ini, saya tidak akan membahas mana yang lebih benar diantara pendapat pihak kepolisian atau pihak PSSI tersebut di atas. Sebab ahli hukum pun juga masih berbeda pendapat atas kejadian tersebut, apalagi saya yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan di bidang hukum.
Saya hanya ingin menyampaikan : Alangkah mulianya jika kedua belah pihak (polisi dan PSSI) bersedia untuk duduk semeja, bermusyawarah, guna mengambil suatu kesepakatan yang sifatnya win-win solusi. Kedua belah pihak hendaknya tidak mengedepankan ego-nya masing-masing. Jangan menganggap hanya pihaknyalah yang paling benar, sehingga menganggap sebelah mata pihak yang lain.
Saya yakin kedua belah pihak sebenarnya mempunyai niat mulia untuk kemajuan dunia persepakbolaan di Indonesia. Polisi menginginkan agar tidak ada lagi secuil kerusuhanpun di laga sepak bola tanah air. Begitu juga sebaliknya, PSSI tidak ingin tindakan penangkapan terhadap pemain sepak bola oleh polisi ini akan menjadi catatan buruk dari FIFA terhadap persepakbolaan Indonesia. Kalau sama-sama berniat baik, mengapa tidak dicoba untuk ditempuh dengan jalan yang baik-baik pula. Yang telah lalu biarlah berlalu. Yang lebih penting untuk dilakukan adalah agar segera dibuat kesepakatan bersama antara pihak kepolisian dan PSSI tentang langkah-langkah pengamanan yang sebaiknya dilakukan dalam pertandingan berikutnya. Kalau kedua belah pihak benar-benar berniat memajukan dunia persebak bolaan Indonesia, saya yakin mereka bisa bekerja sama dengan baik. Kita tunggu saja.......