Menyimak tingkah laku politikus dalam mensikapi hasil pileg dan rencana pilpres akhir-akhir ini, saya kadang bertanya-tanya, dunia politik itu rumit apa sengaja dibuat rumit ya? Masing-masing kubu / blok terlihat sibuk mencari celah-celah sempit yang akan mereka jadikan jalan lapang menuju kursi kekuasaan.
Sebelum pelaksanaan pileg 9 April yang lalu, rakyat Indonesia dipusingkan dengan terlalu banyaknya pilihan yang disodorkan pada mereka. Masing-masing caleg dan parpol berlomba-lomba menawarkan diri dan meyakinkan kepada khalayak, bahwa hanya merekalah satu-satunya caleg/parpol yang layak dan wajib dipilih kalau rakyat menghendaki kemakmuran dan kesejahteraan di masa depan. Namun setelah hasil perhitungan sementara diumumkan oleh berbagai lembaga survey nasional, parpol-parpol berusaha saling bekerja sama dalam beberapa golongan /blok (istilah balitanya : koalisi) untuk mewujudkan satu cita-cita jangka pendek, calon presiden dari golongan merekalah yang harus menang di pilpres nanti. Setelah terbentuk blok-blok tersebut, mereka berusaha meyakinkan seyakin-yakinnya, bahwa hanya capres dari blok merekalah yang nantinya dapat membawa perbaikan di negeri ini.
Bagaimana mungkin, hanya dalam hitungan bulan, hari, bahkan jam, parpol yang dulunya nampak beda, istimewa, setelah detik-detik menjelang pencalonan presiden mereka menyatakan adanya persamaan platform, visi misi, dan tujuan? Apakah demi meraih sebuah kursi kekuasaan, mereka rela memotong urat malunya, sehingga bebas berpandangan asal cita-citanya tercapai? Orang jawa bilang : esuk dhele sore tempe (pagi kedelai, sore dah berubah jadi tempe).
Gak konsisten !!!
Oportunis !!!
Menyebalkan !!!
Dengan tulisan ini bukan bearti saya tidak mendukung berlangsungnya pilpres. Namun semata-mata mencurahkan harapan saya agar parpol-parpol yang kebetulan belum mendapatkan suara banyak hendaknya konsisten dengan platfom, program kerja, visi misi yang telah ditetapkan dahulu saja. Dengan konsistensi yang tinggi untuk memperjuangkan nasib rakyat banyak (berani diluar pemerintahan), meskipun sekarang kalah bisa saja 5 tahun mendatang mereka menjadi jawara. So..., hindari "esuk dhele sore tempe", apalagi sampai "bengi tempe bosok" hanya demi meraih kursi pemerintahan. Ingat, jabatan adalah amanah, yang akan dipertanggung jawabkan kelak di hari pembalasan.
Sebelum pelaksanaan pileg 9 April yang lalu, rakyat Indonesia dipusingkan dengan terlalu banyaknya pilihan yang disodorkan pada mereka. Masing-masing caleg dan parpol berlomba-lomba menawarkan diri dan meyakinkan kepada khalayak, bahwa hanya merekalah satu-satunya caleg/parpol yang layak dan wajib dipilih kalau rakyat menghendaki kemakmuran dan kesejahteraan di masa depan. Namun setelah hasil perhitungan sementara diumumkan oleh berbagai lembaga survey nasional, parpol-parpol berusaha saling bekerja sama dalam beberapa golongan /blok (istilah balitanya : koalisi) untuk mewujudkan satu cita-cita jangka pendek, calon presiden dari golongan merekalah yang harus menang di pilpres nanti. Setelah terbentuk blok-blok tersebut, mereka berusaha meyakinkan seyakin-yakinnya, bahwa hanya capres dari blok merekalah yang nantinya dapat membawa perbaikan di negeri ini.
Bagaimana mungkin, hanya dalam hitungan bulan, hari, bahkan jam, parpol yang dulunya nampak beda, istimewa, setelah detik-detik menjelang pencalonan presiden mereka menyatakan adanya persamaan platform, visi misi, dan tujuan? Apakah demi meraih sebuah kursi kekuasaan, mereka rela memotong urat malunya, sehingga bebas berpandangan asal cita-citanya tercapai? Orang jawa bilang : esuk dhele sore tempe (pagi kedelai, sore dah berubah jadi tempe).
Gak konsisten !!!
Oportunis !!!
Menyebalkan !!!
Dengan tulisan ini bukan bearti saya tidak mendukung berlangsungnya pilpres. Namun semata-mata mencurahkan harapan saya agar parpol-parpol yang kebetulan belum mendapatkan suara banyak hendaknya konsisten dengan platfom, program kerja, visi misi yang telah ditetapkan dahulu saja. Dengan konsistensi yang tinggi untuk memperjuangkan nasib rakyat banyak (berani diluar pemerintahan), meskipun sekarang kalah bisa saja 5 tahun mendatang mereka menjadi jawara. So..., hindari "esuk dhele sore tempe", apalagi sampai "bengi tempe bosok" hanya demi meraih kursi pemerintahan. Ingat, jabatan adalah amanah, yang akan dipertanggung jawabkan kelak di hari pembalasan.
1 komentar:
berdoa saja semoga semuanya kembali menjadi baik ... kalau semua masyarakat berdoa untuk perbaikan pasti akan ditunjukkan jalan pencerahannya ...
Posting Komentar