Mendengar terjadinya musibah jatuhnya pesawat hercules beberapa hari yang telah lewat, saya menjadi teringat kenangan "nano-nano" saya yang terjadi 10 tahun yang lalu. Ya kenangan manis, campur asem, dan sedikit pedes. Pengin tau?
Setelah merasakan hidup penuh warna di Ambon manise selama kurang lebih 1,5 tahun, tanggal 27 Juli 1999 pagi saya mendengar kabar yang menyejukkan hati. Hari itu sebenarnya di kantor sedang berlangsung acara pisah sambut pejabat eselon III. Namun karena situasi di luar mulai memanas lagi, setelah sempat adem ayem beberapa minggu, maka hati saya jadi gundah. Kebetulan SK mutasi saya dari Ambon ke Semarang telah diteken tanggal 12 Juli 1999. Betapa tidak gundah, setelah mengalami dan menyaksikan situasi yang kurang kondusif, aman, kembali panas, agak reda, memanas lagi, dst, dan berjuang untuk pindah dan akhirnya mendapat anugerah SK pindah, e.... sarana transportasi tidak tersedia. Pada saat itu PT Pelni tidak menjual tiket karena tidak ada kapal yang berani bersandar di pelabuhan ambon. Sementara jadwal penerbangan pesawatpun tak dapat diharapkan kepastiannya. Maka dengan adanya kabar kedatangan 3 (seingat saya 3) pesawat hercules yang datang di Ambon hari itu membawa pasukan TNI yang diperbantukan untuk mengatasi masalah keamanan pada saat itu sangatlah menggembirakan hati saya. Informasi ini saya terima dari mulut ke mulut di lingkungan GKN Ambon, tempat kerja sekaligus tempat pengungsian kami waktu itu. Awalnya pegawai BC yang bertugas di bandara menginformasikan kedatangan pesawat hercules ke pejabat BC yang akan pergi ke Jakarta.
Setelah mendapatkan pinjaman fresh money dari Mas Syafril (fungsional yang baru dilantik dan langsung minta cuti), dan berpamitan pada teman-teman yang berada di kantor, saya bersama rombongan menuju bandara ambon yang berjarak 30-45 menit perjalanan darat. Rombongan tersebut adalah pejabat eselon III Bea Cukai (yang mendapat dan membagi-bagi informasi adanya pesawat hercules), Pak Butje Kadmaer (Kabid IAP yang kebetulan dimutasi sebagai Ka. Karikpa di daerah Jawa Timur) beserta istri, dan 2 fungsional yg akan cuti tahunan setelah mengikuti acara pelantikan. Seingat saya ada 2 mobil kijang yang berangkat beriringan. Masing-masing mobil dikawal 2 aparat keamanan dengan senjata laras panjang menjulur keluar jendela mobil. Di sepanjang perjalanan, saya menyaksikan puluhan rumah dalam kondisi tidak utuh lagi, bahkan ada yang masih mengepulkan asap. Sungguh perjalanan yang sulit untuk dilupakan.
Begitu sampai di bandara Ambon, rasanya hati ini sudah sampai ke tanah jawa, tanah kelahiran yang begitu dirindukan. Setelah membayar uang administrasi sebesar Rp 750.000, saya dan 15-an penumpang lainnya merasakan jasa pesawat hercules dan kru-nya. Saat itu perjalanan sangat menyenangkan. Yang kuingat 2 pesawat sempat terbang beriringan, karena pesawat yang saya tumpangi di posisi depan, rasanya seperti dikawal pesawat lain. Sungguh pemandangan yang mengagumkan. Kamipun diberi kesempatan untuk melihat kokpit pesawat secara bergantian, walau cuma sebentar-sebentar. Dengan waktu tempuh 5 jam-an kami akhirnya mendarat di bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta dengan selamat dan penuh rasa haru. Terima kasih Hercules....., jasamu kan selalu kuingat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar