Kalau hujan turun secara terus-menerus maka hampir dapat dipastikan halaman kantorku digenangi air. Jadi "kantor basah" dech.... Enaknya punya kantor yang kebanjiran salah satunya adalah bisa menikmati ombak di tepi kantor. Bagi yg kantornya gak ada, bisa ikut nikmati nich....
Trus nggak enaknya, antara lain :
- Tambah anggaran ongkos naik becak buat nyebrang.
- Parkir kendaraan di tempat agak jauh (nambah ongkos parkir & ongkos becak lagi....).
- Warung makan disekitar kantor pada tutup. Hik hik hik laper...........
Biar gak banjir gimana ya? Gampang saja. Ubah syair lagu Jangkrik Genggong, biar gak ada lagi "Semarang kaline banjir" (hehehe... bercanda lho...). Jawaban yang agak serius antara lain :
- Pemerintah harus tegas ! Kalau pembuatan rumah liar di pinggir sungai tidak diperbolehkan, ya jangan nunggu rumah-rumah liar itu tumbuh menjamur. Tentunya disisi lain pemerintah perlu menyediakan rumah susun sederhana sebagai alternatif bagi warga kurang mampu.
- Program penanganan banjir hendaknya jangan hanya sekedar merelokasi banjir.
- Diharapkan kesadaran segenap warga dalam mengelola sampah secara bertanggung jawab.
Sebenarnya air itu khan cuma butuh tempat yang lebih rendah sebagai tempat peristirahatan terakhir. So, janganlah kita menghalang-halanginya. Kalau dia jengkel bisa-bisa mengamuk ...... Jangan sampai peristiwa banjir bandang menghampiri kita lagi hanya karena kita kurang peduli pada lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar